Sapi Bali (Bos sondaicus) adalah merupakan salah
satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia. Sapi Bali merupakan keturunan asli
banteng (Bibos banteng) dan telah mengalami proses domestikasi yang terjadi
sebelum 3.500 SM di Indonesia (Rollinson, 1984) selama berabad-abad. Ini
diduga terjadi di Pulau Jawa atau Bali dan Lombok (Payne dan Rollinson, 1973;
Meijer, 1962) karena sampai saat ini masih dijumpai banteng yang hidup liar
di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung Kulon. Dan Pulau Bali
menjadi pusat gen sapi Bali (Nozawa, 1979). Sapi Bali dikenal juga dengan
nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos
javanicus. Meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos
taurus atau Bos indicus, berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae,
kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih
termasuk genus bos. Dari Pulau Bali yang dipandang sebagai pusat perkembangan
sekaligus pusat bibit, sapi Bali menyebar dan berkembang hampir ke seluruh
pelosok nusantara. Penyebaran sapi Bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi
Selatan pada tahun 1920 dan 1927 (Herweijer, 1950; Pane, 1991), ke Lombok
pada abad ke-19 (Hardjosubroto dan Astuti (1993), ke Pulau Timor pada tahun
1912 dan 1920 (Herweijer, 1950). Selanjutnya sapi Bali berkembang sampai ke
Malaysia, Philipina dan Ausatralia bagian Utara. Sapi Bali diintroduksi ke
Australia antara 1827-1849 (National Research Council, 1983).
|
|
|
Sapi
Bali (Bos sodaicus) merupakan sapi asli Indonesia yang diduga sebagai hasil
domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa
domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga di sebut sapi Bali. Sapi
menyebar ke pulau- pulau di sekitar pulau
Bali melalui konmunikasi antar raja- raja pada zaman dahulu. Sekarang,
sapi Bali telh tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia dan berkembang
cukup pesat di banyak daerah karena memiliki beberapa keunggulan. Sapi Bali
mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang buruk, seperti
daerah yang bersuhu tinggi, mutu pakan yang rendah/ kasar dan lain- lain. Di
samping itu, tingkat kesuburan (fertilitas) sapi Bali termasuk amat tinggi
dibandingkan dengan jenis sapi lain, yaitu mencapai 83 % (Darmadja, 1980),
tanpa terpengaruh oleh mutu pakan. Tingkat kesuburan (fertilitas) yang tinggi
ini merupakan salah satu keunikan sapi Bali.
Berbagai
hasil penelitian juga dan rekayasa yang menetapkan teknologi maju,
pertumbuhan sapi Bali dapat dipercepat
hingga mendekati pertumbuhan jenis sapi impor. Dari aspek reproduksi, perbaikan
manajemen dapat memperpendek jarak beranak (calving interval) dan meningkatkan
bobot baru lahir serta bobot sapih. Sehubungan dengan penerapan teknologi maju,
pengetahuan tentang karakteristik sapi Bali dan teknologi tepat guna dalam
pemeliharaan sangat penting untuk diinformasikan kepada masyarakat luas. Apalagi,
sapi Bali merupakan trah atau breed tersendiri dari sapi- sapi yang ada di
dunia dan merupakan sapi asli Indonesia,namun pengetahuan tentang sapi Bali
belum banyak di masyarakat petani.
No comments:
Post a Comment