Halaman

Friday, February 26, 2016

Sejarah Sapi Bali


Sapi Bali (Bos sondaicus) adalah merupakan salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia. Sapi Bali merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) dan telah mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM di Indonesia (Rollinson, 1984) selama berabad-abad. Ini diduga terjadi di Pulau Jawa atau Bali dan Lombok (Payne dan Rollinson, 1973; Meijer, 1962) karena sampai saat ini masih dijumpai banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung Kulon. Dan Pulau Bali menjadi pusat gen sapi Bali (Nozawa, 1979). Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus. Meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus, berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos. Dari Pulau Bali yang dipandang sebagai pusat perkembangan sekaligus pusat bibit, sapi Bali menyebar dan berkembang hampir ke seluruh pelosok nusantara. Penyebaran sapi Bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada tahun 1920 dan 1927 (Herweijer, 1950; Pane, 1991), ke Lombok pada abad ke-19 (Hardjosubroto dan Astuti (1993), ke Pulau Timor pada tahun 1912 dan 1920 (Herweijer, 1950). Selanjutnya sapi Bali berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan Ausatralia bagian Utara. Sapi Bali diintroduksi ke Australia antara 1827-1849 (National Research Council, 1983).




Sapi Bali (Bos sodaicus) merupakan sapi asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga di sebut sapi Bali. Sapi menyebar ke pulau- pulau di sekitar pulau  Bali melalui konmunikasi antar raja- raja pada zaman dahulu. Sekarang, sapi Bali telh tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia dan berkembang cukup pesat di banyak daerah karena memiliki beberapa keunggulan. Sapi Bali mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang buruk, seperti daerah yang bersuhu tinggi, mutu pakan yang rendah/ kasar dan lain- lain. Di samping itu, tingkat kesuburan (fertilitas) sapi Bali termasuk amat tinggi dibandingkan dengan jenis sapi lain, yaitu mencapai 83 % (Darmadja, 1980), tanpa terpengaruh oleh mutu pakan. Tingkat kesuburan (fertilitas) yang tinggi ini merupakan salah satu keunikan sapi Bali.
Berbagai hasil penelitian juga dan rekayasa yang menetapkan teknologi maju, pertumbuhan  sapi Bali dapat dipercepat hingga mendekati pertumbuhan jenis sapi impor. Dari aspek reproduksi, perbaikan manajemen dapat memperpendek jarak beranak (calving interval) dan meningkatkan bobot baru lahir serta bobot sapih. Sehubungan dengan penerapan teknologi maju, pengetahuan tentang karakteristik sapi Bali dan teknologi tepat guna dalam pemeliharaan sangat penting untuk diinformasikan kepada masyarakat luas. Apalagi, sapi Bali merupakan trah atau breed tersendiri dari sapi- sapi yang ada di dunia dan merupakan sapi asli Indonesia,namun pengetahuan tentang sapi Bali belum banyak di masyarakat petani.

No comments:

Post a Comment